Share
Facebook
Twitter
Google +
LinkedIn
Email
Back
WAWANCARA
AUG
05
Tommy: PPP Ada untuk Membela Kepentingan Ummat
By:
Eko Mahendra Ridho
on
AUG
05
Di abad modern ini, olahraga bukan hanya sekadar game, sportainment atau prestasi semata, tapi juga sudah merambah ke dunia politik. Kemelut berkepanjangan yang melanda PSSI disinyalir karena sarat dengan kepentingan politik yang bermain dibelakang layar. Karena pengaruhnya yang besar itu, maka banyak olahragawan yang mencoba peruntungannya di dunia politik dan para politisipun tidak mau kalah memanfaatkan olahraga untuk memperkuat posisinya. Sekadar menyebut contoh, Utut Adianto ( Grand Master catur) adalah contoh sukses olahragawan yang menjadi politisi, demikian pula dengan Manny Paqiaou petinju asal Philipina yang juga sukses di dunia politik. Kalau Golkar punya Utut, maka PPP punya Icuk Soegiarto dan Joko Supriyanto yang diknal sebagai atlit Bulutangkis. Selain dua nama di atas, PPP juga memiliki atlet nasional yang pernah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional melalui cabang olahraga yang tak kalah populer, yaitu Karate. Dia adalah Tommy A. Firman, yang kini me
Read more >>
AUG
02
Buya Ismail: “Tak Menjual Islam, dan Tak Bisa Beroposisi”
By:
Eko Mahendra Ridho
on
AUG
02
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ismail Hasan Metareum 66 tahun ini, kerap dijuluki politisi kalem dan selalu bikin sejuk. Bicaranya yang pelan jauh dari kesan pemimpin partai yang biasanya penuh semangat dan berapi-api bila berpidato di depan massanya. Tetapi jangan salah dulu, politisi kawakan asal Sigli, Aceh ini bisa juga bersuara lantang. Pada Harlah PPP ke -24, 5 Januari 1996, di Kemayoran Jakarta, buya Ismail yang mantan Ketua HMI (1957-1960) ini, ternyata berani menusuk pelbagai masalah serius yang dihadapi bangsa, mulai soal moralitas bangsa yang menurun, sampai korupsi, dan kolusi yang naudzubilah. Ketua partai berlogo bintang ini bikin kejutan baru dengan menyebut partainya sebagai warisan ulama. Pula, ia rajin sowan dengan sesepuh dan pendiri PPP, KH Idham Chalid. Masihkah PPP mengandalkan tema Islam? Berikut wawancara Edy Budiyarso dari TEMPO Interaktif dengan dengan buya Ismail, yang berlangsung di kediamannya, di kompleks Perumahan Pejabat Tinggi
Read more >>
FEB
13
Ahmad Yani: Kerja Keras Wujudkan Mimpi
By:
Eko Mahendra Ridho
on
FEB
13
Target 12 juta kader bisa berada pada dua kemungkinan. Bisa sekedar mimpina mun bisa juga menjadi kenyataan. Semuanya sangat bergantung pada usaha dan kerja keras komponen partai. Demikian yang dipaparkan Ahmad Yani, MH kepada BINA Persatuan saat meminta konfirmasi perihal target PPP kedepan. Berikut petikan hasil wawancara dengan kader PPP yang vokal ini. Menurut Bang Yani, DPP PPP menargetkan 12 Juta kader itu mimpi atau realistis? Bisa dua-duanya, kita menargetkan 12 juta bisa menjadi mimpi kalau tidak diikuti dengan kerja keras seluruh komponen partai, dimulai dari jajaran atas hingga jajaran bawah. Nah, oleh karena itu, kalau tidak diikuti dengan kerja keras dan cerdas maka dia akan menjadi mimpi dan utofia. Tapi akan jadi kenyataan kalau diikuti dengan kerja keras dan cerdas seluruh jajaran partai mulai dari DPP sampai ke Ranting membumikan program-program kerja yang telah disusun berdasarkan keputusan-keputusan partai dalam hal yang menyentuh masyarakat dan umat.
Read more >>
APR
27
Wawancara KH Maimoen Zubair dengan Wartawan Tempo (1997)
By:
Eko Mahendra Ridho
on
APR
27
"PPP Tetap Begitu Saja, Tak Mungkin Jadi Pesaing Utama Golkar" Abdurrahman Wahid berkata Partai Persatuan Pembangunan tidak punya massa di NU. Ucapan Gus Dur di Grand Hyatt Hotel Jakarta, 28 Januari 1997, itu seperti menegaskan sikap Ketua Umum PBNU tadi: dia enggan menggiring massa NU ke PPP. Sudah habiskah orang NU di PPP? Ternyata tidak juga. Masih ada kiai NU seperti KH Maimoen Zubair dari Rembang yang tetap mendukung partai bertanda gambar bintang itu sejak NU berfusi ke dalam PPP pada tahun 1973. "Saya sejak awal sudah menjadi kader PPP," kata pengasuh pondok pesantren Al- Anwar Rembang, Jawa Tengah, yang punya dua ribu santri itu kepada Edy Budiyarso dari TEMPO Interaktif melalui telepon Jakarta-Rembang, Rabu lalu (5 Februari 1997). Kiai berusia 69 tahun ini sering dijuluki "kiai politik". Maklum, menjelang Muktamar PPP tahun 1994 lalu, dia termasuk barisan Kelompok Rembang -- yakni kiai-kiai NU yang ingin agar orang NU duduk sebagai Ketua
Read more >>
JAN
25
Proyeksi Politik PPP 2014
By:
Eko Mahendra Ridho
on
JAN
25
SDA Partai Persatuan Pembangunan merupakan salah satu partai tertua di Indonesia. Ketika berdiri 5 Januari 1973, PPP merupakan hasil fusi empat poros kekuatan Islam, yaitu Nahdlatul Ulama, Partai Serikat Islam Indonesia, Perti, dan Parmusi. Pengalaman dari perjalanan selama 38 tahun membuat PPP lebih hati-hati menanggapi sejumlah wacana, seperti penyederhanaan partai melalui konfederasi hingga calon yang akan diusung pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. ”Sekarang pertarungan tidak hanya di lapangan, tetapi juga melalui peraturan. Siapa yang tidak dapat memenuhi peraturan, akan tewas sebelum bertempur. Fenomena ini, antara lain, terlihat dalam wacana kenaikan ambang batas parlemen hingga di atas 2,5 persen pada Pemilu 2014,” kata Ketua Umum PPP Suryadharma Ali saat ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya: Sejumlah kalangan menilai, politik 2011 tidak lebih dingin dibandingkan tahun sebelumnya. Bagaimana Anda melihat
Read more >>
MAY
17
Kita Membutuhkan Pemimpin yang Berkomitmen Kuat Terhadap Bangsanya
By:
Eko Mahendra Ridho
on
MAY
17
Dialog Kebangsaan Bersama Politisi Muda PPP Kabupaten Tegal, Eko Mahendra, S.Sos Kita Membutuhkan Pemimpin yang Berkomitmen Kuat Terhadap Bangsanya Dua hari menjelang peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, kondisi kebangsaan kita justru menunjukkan derajat melemah. Pancasila sebagai ideologi bernegara pun telah lama dipertanyakan soal keampuhannya menginspirasi masyarakat bangsa ini, termasuk para penguasanya untuk bangkit dari keterpurukan. Alih-alih menjadi pendobrak bagi menguatnya semangat kebangkitan, Pancasila justru nyaris tak menjadi pijakan bagi para penghuni bumi Indonesia. Sebab faktanya, keterpurukan yang melanda bangsa ini pun rupa-rupanya bersumber pada kelumpuhan moral. Lalu, bagaimana menumbuhkan semangat ke-Indonesiaan dalam konteks kekinian? Berikut hasil petikan wawancara wartawan Radar Tegal, Akhmad Syaefudin, dengan politisi muda Kabupaten Tegal, Eko Mahendra, S. Sos, beberapa waktu lalu. Beberapa waktu lalu, Gus Dur menggagas perlunya kebangkitan n
Read more >>
More Posts
© Copyright 2008-2013
DPC PPP Kabupaten Tegal
| Design by
Eko Mahendra Ridho
| PPP Rumah Besar Ummat Islam Indonesia
Back to Home
Design
a Mobile Site
View Site in Mobile
|
Classic
Share by: